Friday, October 07, 2005

Saya iba menyaksikan Aa Gym


IKLAN apologi pemerintah atas ketidakberdayaan menyejahterakan rakyatnya yang jatuh miskin akibat tingginya harga BBM yang diperagakan Ustadz Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) di televisi belakangan ini membuat saya jatuh iba kepada Aa Gym.
Mengapa Aa yang sudah sangat terkenal dan dikagumi khalayak luas mau-maunya menerima “order” dari Pemerintah (Depkominfo) untuk menjadi model iklan apologi yg sama sekali tidak kreatif itu? Bukankah nilai moral yang selalu didengungkan Aa selama ini mengajarkan kita untuk selalu kritis terhadap ketidakadilan?
Melambungnya harga BBM memang sebuah keharusan karena Indonesia adalah negara pengimpor BBM. Tanah yang kaya akan kandungan minyak dan gas bumi faktanya tidak bisa digunakan langsung, melainkan harus diekspor dulu oleh sederet perusahaan minyak asing yang mendapat hak eksplorasi isi perut bumi Indonesia dari pemerintah. Mereka antara lain Mobil Oil, Caltex, Beyond Petroleum (BP), Exxon, Freeport, Newmont, dsb. Kemudian untuk kebutuhan domestik kita harus mengimpor BBM siap pakai dengan harga yang jelas lebih mahal. Sementara Pertamina yang sejatinya menjadi garda depan dalam mengamankan kebutuhan domestik cukup puas berperan sebagai makelar berperut tambun yang tahun ke tahun sibuk menggendutkan perut sendiri, tidak peduli perutnya ternyata hanya berisi timbunan lemak berupa korupsi, kolusi, nepotisme, mark-up, dsb. Jauh bumi dengan langit jika Pertamina disandingkan dengan perusahaan sejenis di negeri jiran bernama Petronas. Ini informasi sederhana yang saya pahami dari media massa.
Masalahnya, yang membuat rakyat lama hidup menderita bukan semata harga BBM yang tinggi. Akan tetapi karena pemerintah tidak pernah berpihak kepada rakyat kebanyakan. Buktinya, hingga kini pemerintah tidak sudi menegakkan hukum, memberantas korupsi, yang nyata-nyata menyebabkan ekonomi biaya tinggi, sehingga dana untuk pendidikan, kesejahteraan, subsidi orang miskin nyaris nihil dalam APBN tahun ke tahun.
Kalau mau lebih cerdik, Aa Gym mestinya menjadi model iklan ajakan memberantas korupsi, kolusi, nepotisme. Bukannya iklan ajakan kepada rakyat miskin untuk “nrimo” atas ketidakbecusan pemerintah memerhatikan nasib mereka. Padahal rakyat kecil mah tidak perlu disuruh oleh tokoh sekelas AaGym juga sudah "nrimo". Lha, mau "nggak nrimo" bagaimana wong sudah tidak ada lagi tenaga buat berteriak? Alhasil, penampilan AaGym yang masih juga jaim (jaga image) tidak mempan, hanya membuat rakyat miskin tersenyum masam. "AaGym ini ngomong apa sih," begitu kira-kira tanggapan rakyat miskin menyaksikan AaGym di layar teve tetangga.
Mohon maaf Aa, rakyat miskin tidak perlu diajari bagaimana caranya bersabar. Karena bersabar bagi rakyat miskin sudah menjadi menu sehari-hari.
***
Abah Epoy 10 Oktober 2005

No comments: