Thursday, October 20, 2005

Sabar, Menu Rakyat Miskin

IKLAN apologi pemerintah atas ketidakberdayaan menyejahterakan rakyat yang jatuh miskin akibat tingginya harga BBM yang diperagakan Ustadz Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) beberapa waktu lalu (kini sudah dihentikan), di televisi, membuat saya simpati dan iba kepada Aa Gym.
Mengapa Aa yang sudah amat terkenal dan dikagumi khalayak luas mau-maunya menerima order Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) untuk menjadi model iklan apologi yang sama sekali tidak kreatif itu. Bukankah nilai moral yang selalu didengungkan Aa selama ini mengajarkan kita untuk selalu kritis terhadap ketidakadilan?
Melambungnya harga BBM memang sebuah keharusan karena Indonesia adalah negara pengimpor BBM. Tanah yang kaya kandungan minyak dan gas bumi, faktanya tidak bisa digunakan langsung, harus diekspor dulu oleh sederet perusahaan minyak asing yang diberi hak oleh pemerintah. Lalu, kita harus mengimpor BBM siap pakai dengan harga lebih mahal. Ini informasi sederhana yang saya pahami dari media. Masalahnya, yang membuat rakyat lama hidup menderita bukan semata harga BBM yang tinggi, tetapi karena pemerintah tidak pernah berpihak kepada rakyat kebanyakan.
Buktinya, hingga kini pemerintah tidak sudi menegakkan hukum, memberantas korupsi yang nyata-nyata menyebabkan ekonomi biaya tinggi sehingga dana untuk pendidikan, kesejahteraan, subsidi orang miskin nyaris nihil dalam APBN dari tahun ke tahun. Kalau mau lebih cerdik, Aa Gym mestinya menjadi model iklan ajakan memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), bukan iklan ajakan kepada rakyat miskin untuk nrimo atas ketidakbecusan pemerintah memerhatikan nasib mereka. Rakyat miskin tidak perlu diajari bagaimana caranya bersabar. Bagi rakyat miskin, bersabar adalah menu sehari-hari.
Effi Harfiana Griya Lembah Depok - Depok
***
Redaksi YTH, KOMPAS Rabu 19 Oktober 2005

No comments: