Friday, May 29, 2020

Ingin Tetap Dibutuhkan? Perbaiki Diri Aja...

Waktu saya kecil hingga usia remaja di Bandung dulu, kalau ada kenalan atau saudara bepergian ke luar kota naik travel 4848 sudah pasti ia berasal dari kalangan menengah ke atas (middle up).

Salah satu kelebihannya dibanding angkutan umum lain kala itu, 4848 menawarkan pelayanan antar-jemput pintu ke pintu bagi pelanggannya. Tarif lebih mahal tidak membuat 4848 sepi peminat. Justru sebaliknya, rata-rata pengguna jasa 4848 adalah konsumen fanatik dengan kemampuan finansial di atas rata-rata pada masanya. Bagi mereka, kalau tidak naik 4848 lebih baik tidak jadi berangkat.

Singkat kata 4848 saat itu seakan menjadi raja bisnis transportasi di wilayah Bandung dan sekitarnya (Priangan). Selain identik dengan travel car antarkota, logo khas 4848 juga nempel di lambung taksi di jalanan kota yang juga dikenal dengan sebutan Kota Kembang waktu itu.

Akan tetapi zaman berubah. Muncul banyak pemain baru di bisnis ini. Karena kalah bersaing, pamor 4848 perlahan meredup. Banyak yang bilang, satu-satunya keunggulan yang membuatnya moncer justru jadi penyebab utama yg mempercepat proses tersingkirnya 4848 dari percaturan bisnis angkutan di Bandung. Lho?

Ibarat raja, pelanggan yang menggunakan jasa 4848 tinggal angkat telpon untuk pesan tiket mau berangkat ke mana sekaligus menyebutkan kapan dan di mana dia minta dijemput. Selanjutnya tidak perlu repot naik taksi atau diantar ke terminal. Sebab armada 4848 akan datang menjemput untuk kemudian mengantar ke kota tujuan.

Di kota tujuan pun penumpang mendapat pelayanan yang sama. Mereka tidak perlu repot turun di terminal atau pool kemudian berganti naik taksi atau becak. Sebab 4848 akan mengantar mereka sampai di depan pintu alamat tujuan pelanggannya. Ini hak istimewa yang didapat pelanggan yang menjadi kelebihan pelayanan 4848. Akan tetapi kehebatan pelayanan antar jemput ini justru yang kemudian membuat pelanggannya berangsur berkurang.

Memang, penumpang terakhir yang dijemput di rumah sebelum armada berangkat ke kota tujuan diuntungkan. Mereka bisa berleha-leha di rumah hingga kendaraan yang akan mengantarnya tiba untuk membawanya ke kota tujuan. Pun, penumpang pertama yang diantar sampai ke rumah tujuan bisa sumringah kegirangan karena bisa sampai sesuai jadwal tanpa harus repot turun naik angkutan penyambung untuk bisa tiba di tujuan akhir.

Akan tetapi tidak demikian halnya dengan penumpang lain yang harus merengut pasang muka masam karena terpaksa harus ikut ke rumah penumpang lainnya baik saat mau berangkat maupun ketika tiba di kota tujuan. Padahal sebagian besar dari mereka sudah ingin buru-buru berangkat atau sudah tidak sabar ingin segera tiba di rumah masing-masing. Inilah yang kemudian menyebabkan para pelanggan 4848 sebal dan mengucapkan sayonara kepada 4848.

Apalagi setelah bermunculan pesaing yang menawarkan pilihan lebih menarik, tidak harus ke terminal, namun menyebar poin keberangkatan dan kedatangan di beberapa titik di dalam kota. Bisa jadi 4848 merasakan mulai menjauhnya para pelanggan, namun hal itu tidak begitu dipedulikan. Psikologi pelanggan yang menyebabkan mereka berpaling ini yang terlambat diantisipasi 4848 hingga akhirnya terpaksa harus tersingkir dari posisi puncak bisnis tansportasi di wilayah Priangan.

Mungkinkah nasib yang sama dialami oleh kita dalam kasus dan versi berbeda? Apakah bisnis yang kita kelola mengalami tantangan sebagaimana dialami 48484? Apakah karir kita mentok di satu posisi, meski di masa-masa awal kita bekerja perusahaan dan atasan kita begitu menghargai kita dengan memberikan gaji dan kedudukan lumayan. Namun kemudian seiring perubahan waktu nasib kita begitu-begitu saja tidak mengalami peningkatan berarti?

Haruskah kita tersingkir justru karena apa yang menjadi kelebihan kita sudah tidak relevan lagi dengan kebutuhan pasar? Apakah kemampuan, kompetensi, nilai tambah yang selama ini jadi modal utama penopang keberhasilan karir atau bisnis kita masih benar-benar dibutuhkan atau ternyata sudah usang tanpa kita benar-bena menyadarinya?

Ayo segera asah kemampuan dan kapabilitas kita agar tetap dibutuhkan perusahaan, agar tetap diapresiasi atasan, dicari konsumen, dan agar tetap relevan dengan tuntutan zaman. Jangan sampai kita atau bisnis kita mengalami nasib seperti yang dialami 4848. (abah)

No comments: