Friday, December 28, 2007

Hore...dapet tiga...!!! *

Maksudnya, akhirnya kami dapet tiga anak maman (manis dan manja, bukan Maman Tadarusman). Pas putri bungsu kami, Rayya Aisha lahir Senin 24 Desember 2007 pukul 20.15 wib di sebuah rumah sakit di kawasan Jakarta Timur.

Aya, ini panggilannya, menjadi adik yang manis buat kakak laki-lakinya, Haidar Zein atau Aa (8), dan tetehnya, Kea’zia Yasmina Frida (6). Alhamdulillah, keduanya sangat senang menyambut kehadiran adik kecil mereka. Sampai-sampai pas libur kemarin Aa dan Frida tidak begitu tertarik ikut abahnya jalan-jalan sore pake sepeda motor. Mereka lebih memilih terus dekat-dekat si bungsu meski tetep aja belum pada mandi kalo menjelang maghrib.

Tentu, kelahiran Aya mengingatkan diri sendiri, sejatinya umur kami sudah beranjak senja. Jatah hidup di alam fana pun nyata sudah kian berkurang.

Hal lain, khusus buat suami dan ayah anak-anak, ya Abah, jangan pernah berlagak sok masih muda, apalagi sok imut...! Meski imut dalam artian item mutlak agak-agak nyambung seh, Abah kan item ya... wak..kak..kak..kak... (item maniez kaleee...).

Apalagi warna putih di kepala Abah mulai menggeser posisi warna gelap. Sampai-sampai ada kawan yang lancang memanggil kakek...(tuh kan!!! btw, Kakek Abah? Manis juga nih panggilan... lagi: wak..kak...kak..kak...)

Kembali ke laptop, eh, ke Aya, kami berujar, selamat mengawali hari-hari penuh perjuangan putriku. Meski kehadiranmu ditandai dunia yang terus didera keprihatinan akibat perubahan iklim serba ekstrem, serba tidak menentu (ini asli ikut-ikutan orang di koran, ribut soal global warming ya mi..). Bencana di sana-sini. Separo pulau Jawa nyaris tenggelam (lho mi, ini kan bunyi spanduk ACT ya...). Lha, Kota Solo saja, tempat kelahiran emakmu ini, kebanjiran. Hal yang tidak pernah terjadi selama 36 usia Ummi Nur.

Putriku, kamu juga terlahir ketika harga-harga terus membubung. Gula naik, minyak goreng mahal, orang antre beli minyak tanah mirip yang Ummi lihat di foto lama tahun 60-an pas resesi. Meski tetangga sebelah suka menghibur kita dengan kata-kata “biarin harga-harga tinggi, yang penting bisa beli...Buat apa harga-harga murah tapi ga bisa beli..;” Sebuah guyonan yang sangat sarkastis. Lelucon yang mengiris rasa kemanusiaan kita yang paling primitif sekalipun...

Namun anakku, biarkan saja mereka melontarkan guyonan begitu. Lagi pula itu kan guyon menertawakan diri sendiri. Kata teh Frida juga; cuma bercanda kok mi... Apalagi, kata orang, menertawakan diri sendiri jauh lebih lucu dan lebih menyenangkan hati ketimbang menertawakan orang lain.

Tapi satu hal putriku, jangan pernah sedikit pun merasa kuatir. Allah yang Maha Segalanya tidak akan pernah berhenti untuk selalu melimpahkan kasih dan sayangnya kepadamu dan kepada kita semua nak...

Karenanya, wajar jika Ummi kelak akan 'cerewet' mengajakmu terus berusaha untuk selalu membuat Allah tersenyum.

Selamat datang di dunia ya Qurra' ta a'yun...Rayya Aisha...

*)dikutip dari curhatnya ummi nur...

Monday, December 03, 2007

Duh, panasnya bukan dimain...

Begitu kira-kira lontaran yang kerap kita dengar akhir-akhir ini. Selain macet, banjir, apa-apa mahal, orang banyak bicara soal udara yang kian panas meski hari masih pagi.

Ya, memang benar belakangan suhu udara sangat berbeda dengan keadaan dua tiga tahun terakhir. Kalau dulu pagi hari jam 10-an sinar matahari masih kita anggap sebagai vitamin D, terpaan sinar matahari memang terasa hangat.

Yang punya bayi pun menjalani "tradisi" menjemur si mungil karena selain hangat juga berharap dilimpahi vitamin D. Namun sekarang baru jam 7.30 saja kulit rasanya sudah tersengat kepanasan. Jangankan bayi, orang dewasa saja tidak akan tahan berlama-lama berjemur.

Tentu perubahan iklim ini bukan tidak ada penjelasannya. Kalau kita rajin menyimak isi media massa, orang sekarang memang sedang ramai membahas isu pemanasan global atawa "global warming".

Konon kata para ahli, karena penggunaan materi kimia yang berlebihan, dengan konsumsi bahan bakar fosil yang mencapai taraf akut, membuat permukaan atmosfir bumi terkoyak di sana-sini. Akibatnya ya itu tadi, bumi dan seisinya berkelojotan mandi keringat akibat panas langsung sinar matahari.

Negara-negara maju macam Amerika Serikat terhitung paling banyak menyumbang karbondioksida akibat konsumsi energi yang sangat tinggi. Parahnya lagi, justru mereka emoh meratifikasi protokol Kyoto (protokol yang berisi komitmen mengurangi efek rumah kaca demi meredam global warmig).

Bagaimana dengan negara terbelakang macam Indonesia?

Sami mawon. Selain penggunaan BBM untuk hal tidak produktif macam kemacetan di Jakarta setiap hari, Indonesia juga getol memproduksi karbondioksida dengan cara membakar hutan di Kalimantan dan Sumatera. Terus bagaimana dong solusinya?

Katanya sih sederhana. Mulai dari diri sendiri, mulai dari hal kecil, dan mulai dari sekarang "global warming" mesti diperlambat kalau tidak bisa dihentikan. Caranya ya dengan aktif mengurangi penggunaan materi yang proses produksinya memerlukan pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi).

Kalau minum dan makan di restoran, misalnya, hindari yang menggunakan cangkir atau piring plastik sekali pakai. Sebab benda-benda itu dibuat dalam jumlah banyak pasti menyedot energi fosil yang banyak pula. Belum kalau mau didaur ulang nantinya juga akan memerlukan energi lagi. Akibatnya stok oksigen di udara tergerus, lapisan ozon pun menipis bahkan berlubang. Kalau sudah begini, jangan marah jika sinar matahari terasa jauh lebih menyengat. Makanya jangan diketawain kalau sekarang ada yang mengimbau minum kopi di Starbuck atau makan ayam goreng di Mc Donald sebaiknya membawa cangkir atau piring sendiri dari rumah.

Katanya nih, daripada berharap orang atau negara lain mengurangi konsumsi bahan bakar fosil, mending mulai dari diri sendiri. Mari Selamatkan bumi kita dengan mengurangi efek pemanasan global. Jangan sampai "global warming" menjadi "global burning".

How come? Ya silakan dipikir sendiri...

Tuesday, November 27, 2007

Rambu Lalu Lintas Siapakah

Kita yang sering berada di jalanan, terlebih yang tengah punya keperluan mencari alamat atau bepergian menuju suatu daerah tertentu di Jakarta pasti pernah merasakan perasaan jengkel berkenaan dengan rambu-rambu lalu lintas yang "ada namun tiada".

Lho?

Coba perhatikan, di belokan, di perempatan, di atas jalan raya, hampir selalu terjadi rambu penunjuk arah, tidak bisa dilihat karena tertutup dedaunan. Ada pula yang tidak bisa dilihat karena tertutup baliho (billboard) iklan sebuah produk.

Bayangkan, suatu ketika kita yang mengemudi kendaraan dihadapkan pada pilihan, tetap lurus, belok kiri, atau ke kanan? Sebetulnya ada rambu yang bisa memandu kita agar tidak salah jalan. Hanya ya itu tadi, rambu tidak bisa dilihat karena tertutup.

Mestinya hal menjengkelkan tersebut tidak perlu terjadi kalau pihak yang bertugas mengawal, dalam hal ini DLLAJ, menyadari tugas dan fungsinya. Sayangnya, petugas DLLAJ kita lebih suka bergerombol di pintu terminal karena di sana ada duitnya. Atau, yang lebih sering lagi mereka bersemangat mengawasi dengan cermat pengemudi yang lewat jalur three in one. Kalau ada pengemudi yang ketahuan nyasar ke jalur itu rame-rame mereka kerubutin...

Aneh? Tidak juga. Di sini masyarakat menganggapnya biasa. Namanya saja Indonesia, negeri paling unik di muka bumi...

Monday, October 22, 2007

Jangan Mau Seumur Hidup Jadi Orang Gajian

Kalimat yang saya jadikan judul dikutip dari judul sebuah buku. Tidak salah, isi dari tulisan di buku tsb menyoal hal menarik yang dalam dua tiga tahun terakhir banyak dibahas orang, yakni tentang pentingnya memikirkan kemungkinan membangun usaha sendiri ketimbang sekadar menjadi orang gajian (baca: karyawan).

Pertimbangannya sederhana, bagi orang gajian mau tidak mau, suka atau pun tidak suka, pasti akan menghadapi tiga hal buruk, yakni mengundurkan diri, pensiun, atau dipecat. Sebelum salah satunya menimpa ada baiknya menyiapkan diri untuk menempati kuadran baru sebagai seorang pengusaha.

Ya, benar, menjadi pengusaha. Usaha apa saja, bisa jualan dodol Garut, dagang martabak India, reparasi sandal jepit, MLM, dan sebagainya. Pokoknya usaha yang bisa membawa diri sendiri menjadi Ndoro, bukan kacung.

Masalahnya, menempati kuadran baru sebagai pengusaha jelas bukan perkara mudah. Tidak sedikit orang hanya bermodal semangat dan sedikit uang langsung main tabrak dagang ini, membuka bengkel itu, jualan anu, atau buka rental itu, akan tetapi belum setahun berjalan sudah lempar handuk" seraya meringis berujar "duh, ternyata buka usaha sendiri ga mudah ya, tau gini mending tetep jadi karyawan aja..."

So, ada beberapa syarat yang mesti dipenuhi sebelum seseorang membulatkan tekad dan semangat untuk memulai kehidupan baru sebagai pengusaha. Bagaimana? Tunggu edisi selanjunya ya...maklum saja, abah Epoy udah pegel neh ngetiknya...

***

Posted by: Abah Epoy

Tuesday, June 26, 2007

Anda Lapar Tapi Malas Keluar? Telp Amigos..eh..Uda...

Uda, demikian pria kecil namun cekatan itu biasa kami panggil. Malu rasanya mengakui kalau kami yang kerap makan di warungnya hanya bisa menyebut Uda jika ada yang bertanya siapa nama pria murah senyum berpenampilan sederhana itu.

Modal Uda berdagang hanyalah sebuah gerobak sederhana dengan etalase kaca kecil di atasnya tempat aneka masakan matang menggoda selera. Dua meja kecil di atas got di atasnya tertutup kain terpal warna biru bersih. Katanya sih terpal lama raib diambil petugas Tramtib Pemda ketika menjelang penilaian Adipura. Untungnya gerobak dan meja tidak pernah ditinggal sehinga tidak ikut hilang disita. Kalau anda lewat pas jam makan siang jangan harap bisa melihat tubuh mungil Uda, karena nyaris tertutup antrean pelanggan yang memesan makanan untuk dibungkus dan dibawa pulang. Jangan tanya yang sedang makan, mereka rela berhimpitan melahap makan siang masakan Uda (atau masakan istrinya???). Ya, warung nasi padang Uda setiap hari ramai karena selain rasanya enak, juga harganya terjangkau orang kebanyakan.

Amigos
Karena warungnya nongkrong di atas beberapa lembar papan dan bambu yang menutupi got di Jalan Bintaro Raya depan apotek Bendi, Tanahkusir, Jakarta Selatan, warung Uda juga dikenal dengan nama keren: Amigos.
Eit,... tunggu dulu. Nama ini tidak ada kaitannya dengan sapaan selamat tinggal di negara-negara Amerika Latin. Amigos murni singkatan dari Agak Minggir Got Sedikit. Maklum, gerobaknya, memang berada tepat di pinggir got. Sedangkan mejanya benar-benar di atas got. Kata Uda, kalau jualannya di trotoar langsung pejalan kaki jadi tidak kebagian dan dia bisa disalahkan Tramtib.

Kami juga tidak tahu apakah Uda sudah punya anak atau belum. Sebab bagi kami setiap jam makan siang yang terpenting adalah sepiring nasi hangat dengan lauk ditambah bumbu rendang atau gulai yang siap santap karena antrean calon pembeli memaksa kami untuk menepis keinginan berbasa-basi dengan Uda.

Pagi tadi tatkala hendak makan Uda sempat cerita kalau dia baru saja membeli seperangkat pesawat telepon. Sebetulnya pesawat telepon harga Rp450 ribu cukup mahal untuk ukuran Uda. Namun dia memaksakan diri membeli pesawat telepon tersebut karena keinginannya melayani pelanggan yang malas beranjak dari rumah atau kantor tapi tetap ingin menikmati rendang di warungnya.

"Sekarang bapak atau teman bapak tinggal telepon ke sini dan pesan apa saja, saya antar segera, harganya samakok," ujarnya tanpa ditanya.

Ya, Uda disadari atau tidak sejatinya tengah menjalankan praktik mendasar dalam dunia marketing, yakni bagaimana memuaskan pelanggan (customer satisfaction is the most important thing)...Makanya, tak berat hati ini ketika Uda minta tolong agar nomor telepon warung nasinya disebar ke teman-teman kantor.

"Biar mudah aja pak, kan kadang-kadang orang sibuk seperti bapak tidak ada waktu untuk jalan kaki ke sini, kalau tinggal telepon kan hemat waktu," ujarnya dengan mata berbinar menyiratkan optimisme khas pengusaha kecil yang tengah bersiap mejemput sukses.

Ah, Uda, tekad Uda menyisihkan tabungan untuk membeli pesawat telepon sungguh sebuah langkah sangat tepatsebagai modal untuk maju dan berkembang.

Semoga usaha Uda semakin maju, semoga Uda dijauhkan dari aksi sepihak dinas ketentraman dan ketertiban (Tamtib) Pemda yang suka menggaruk rombong atau kios dagangan yang dinilai mengganggu pemandangan. Bagaimanapun Uda selangkah lebih maju ketimbang kami, para orang gajian... posted by abah Epoy

***

Wednesday, February 07, 2007

Nyuwun sewu...

Mohon maaf, foto di situs ini bukan benar-benar cermin seorang narcist....

Meski Banjir, Tetap Semangat Sekolah

Banjir jangan sampai menyurutkan niat mencari ilmu. Begitu yang tampak dalam foto yang menggambarkan seorang anak sekolah tetap riang meski dihadang banjir.

Sungguh sangat disesalkan jika semangat belajar yang begitu tinggi (sebagaimana dicontohkan pelajar yang tetap ceria meski dihadang banjir) masih dipandang sebelah mata oleh pemerintah yang belum optimal dalam meningkatkan mutu dunia pendidikan kita..

(abah Effi-Foto: KCM)

Kasih Ibu di Kala Banjir

Banjir yang membekap Ibukota Jakarta sejak sepekan terakhir banyak menyimpan cerita. Ada yang tidak bisa masuk kerja karena rumahnya kebanjiran. Ada yang malas ke kantor karena jalan menuju tempat kerja terendam banjir. Ada pula yang tidak masuk kerja karena rumah tetangga kebanjiran. Ajaib. Banjir dijadikan alasan bagi mereka yang malas bekerja. Satu hal, di tengah beratnya desakan untuk memenuhi kebutuhan hidup ternyata masih ada banyak sisi kemanusiaan tercermin dalam peristiwa banjir. Seperti ibu yang rela berbasah kuyup demi anak. Asal anak aman dari banjir ibu seperti tampak dalam foto ini rela menerjang banjir. Sunggu sebuah pemandangan yang sangat baik untuk direnungkan. Kasih ibu..
(abah Effi-Foto: KCM)

Monday, February 05, 2007

Socrates pesen jangan ngegosip...dosa!!!

In ancient Greece, Socrates was reputed to hold knowledge in high esteem. One day an acquaintance met the great philosopher and said,
"Do you know what I just heard about your friend?"
"Hold on a minute," Socrates replied. "Before telling me anything I'd like you to pass a little test. It's called the Triple Filter Test."
"Triple filter?"
"That's right," Socrates continued. "Before you talk to me about my friend, it might be a good idea to take a moment and filter what you're going to say. That's why I call it the triple filter test.
The first filter is TRUTH.
Have you made absolutely sure that what you are about to tell me is true?"
"No," the man said, "actually I just heard about it and..."
"All right," said Socrates. "So you don't really know if it's true or not.
Now let's try the second filter, the filter of GOODNESS.
Is what you are about to tell me about my friend something good?"
"No, on the contrary... "
"So," Socrates continued, "you want to tell me something bad about him, but you're not certain it's true. You may still pass the test though, because there's one filter left: the filter of USEFULNESS. Is what you want to tell me about my friend going to be useful to me?"
"No, not really."
"Well," concluded Socrates, "If what you want to tell me is neither true, good nor even useful, why tell it to me at all?"
This is why Socrates was a great philosopher & held in such high esteem.
Friends, let's use this triple filter each time we hear loose talk about anyone.

Potret (Keliru) Poligami

Penulis: Sirikit Syah, wartawan
Kesalahan perjuangan para aktivis perempuan adalah lebih menghormati PSK dan perempuan simpanan daripada mereka yang mau jadi istri kedua
***
Sahabat saya dr Nalini Agung menelepon hanya untuk menyampaikan komentar kerasnya. "Ada tiga jokes of the year tahun ini, laki-laki semua. Aa Gym, Yahya Zaini, dan Akhmad Dani," katanya dengan nada jengkel. Menurut perempuan cantik dan pintar itu, Yahya, yang tampil bisu di sisi istrinya di hadapan publik Kamis malam lalu, "Adalah laki-laki bertubuh besar, bernyali ciut. Ada persoalan dengan istri, lari ke perempuan lain. Kini ada persoalan dengan perempuan lain, berlindung kepada istrinya."
Tentang Aa Gym, Nalini tidak banyak berkomentar, selain, "Ternyata, Aa Gym manusia biasa juga." Namun, Nalini tak dapat menoleransi kepongahan suami bernama Akhmad Dani. "Suami macam itu, kalau saya jadi Maia, wis tak tinggal."
Tiga lelaki "jokes of the year", istilah bagus temuan seorang perempuan berpendidikan dan berkarir, yang juga ibu rumah tangga yang baik. Di kalangan pemerintah, Presiden SBY tak berkomentar sepatah kalimat pun mengenai kasus YZ-ME, malah mempersoalkan regulasi perkawinan poligami seolah-olah itu ancaman nasional.
Di lapangan, berbagai kelompok masyarakat, antara lain mahasiswa Universitas Muhamadiyah Jogjakarta, berdemo menentang poligami. Ibu-ibu muslimat memboikot pengajian Aa Gym. Sangat mengherankan, tak ada masyarakat yang berdemo memprotes YZ, wakil rakyat yang melakukan skandal seks.
Dunia sudah terbolak-balik. Aa Gym -yang menikah dengan uang sendiri dan mendapat rida istri- dihujani kecaman lebih keras daripada pelaku perzinahan dan perselingkuhan dengan menggunakan uang rakyat/negara.
Potret Poligami
Seperti yang dikatakan Aa Gym, poligami sudah sangat dikelirukan maknanya. Yang melakukan misleading atas makna poligami itu termasuk di antaranya pemerintah, para pemimpin negara, tokoh masyarakat, aktivis perempuan, dan media massa. Poligami telah dipotret sebagai kejahatan dan kekerasan pada perempuan dan anak-anak.
Alih-alih mendengarkan penjelasan Aa Gym dan Teh Ninih, istrinya, masyarakat lebih suka mendengarkan sumber-sumber yang tidak layak bicara. Bagaimana kita percaya pandangan Farhat Abbas tentang poligami? Dia sendiri suami yang gemar mempermainkan perempuan dan membohongi istrinya.
Juga, mengapa mendengarkan Sandy Harun yang tak setuju poligami atau berbagi suami? Look whoʼs talking. Dia adalah "the other woman", yang kemudian dinikahi. Dalam status sebagai istri Djodi, dia berhubungan dan punya anak dengan Tommy Soeharto. Dalam kata lain, Sandy adalah pelaku poliandri, sebuah tindakan melanggar hukum. Orang seperti itu akan kita dengar pendapatnya?
Kekecewaan masyarakat yang luar biasa kepada Aa Gym sebetulnya dipicu oleh pemujaan berlebihan pada sosok kiai muda itu. Ibu-ibu membanjiri pengajiannya dan rela antre berbulan-bulan hanya untuk bisa mengunjungi pesantrennya di Bandung. Aa dipandang sebagai dewa. Ketika Aa melakukan hal yang manusiawi (bersifat manusia), masyarakat terkejut dan patah hati. Kebanyakan orang kecewa karena Aa sering mendengung-dengungk an konsep keluarga sakinah. "Sakinah apaan, bohong besar," kata sementara orang.
Apakah keluarga sakinah tak dapat tercapai dengan tindakan Aa menikah lagi? Apakah keluarga sakinah tidak mungkin dialami keluarga poligami? Saya melihat keluarga poligami Aa Gym lebih sakinah daripada banyak keluarga nonpoligami.
Pembelokan (bila bukan pemelintiran) makna poligami -dari sebuah solusi menjadi tindak kejahatan- itu hanya skala kecil upaya pemerintah untuk menutupi amburadulnya pengelolaan negara belakangan ini. Ketua DPR menyalahgunakan voucher pendidikan, anggota DPR terlibat skandal seks yang videonya merebak ke seluruh msayarakat, lumpur Sidoarjo tak tertangani, angka kemiskinan meningkat, rakyat tak punya bahan bakar untuk memasak, BUMN yang terus merugi atau kalau untung dijual.
Kekeliruan masyarakat terjadi ketika mereka selalu membenarkan persepsinya sendiri. Di antaranya, dengan kalimat "Mana ada perempuan mau dimadu." Kenyataannya, banyak peremuan bersedia dimadu. Lalu, "Ya, tapi mereka pasti tertekan dan menderita." Lagi-lagi, sebuah upaya pembenaran antipoligami.
Perempuan lain boleh pura-pura atau acting. Namun, kita tak dapat menuduh Teh Ninih hipokret, bukan? Dia dengan wajah bersinar menyatakan ikhlas dan rida suaminya menikah lagi. Bahkan, mimik, gesture, dan body language Ninih dan Aa selama jumpa pers menunjukkan bahwa mereka masih saling (bahkan lebih) mencintai.
Saya percaya mereka telah mendapatkan hikmah. Masyarakat tak mau menerima kenyataan itu. Mereka menolak fakta kebenaran. Bukan Aa dan Ninih yang hipokret, melainkan kita sendiri.
Poligami bukan anjuran, apalagi kewajiban. Seperti kata Aa, "Jangan menggampangkan. " Aa tentu saja sah berpoligami karena dia bukan PNS, dia mampu, dan memiliki ilmu serta potensi untuk berbuat adil. Banyak laki-laki tak bertanggung jawab bersembunyi di balik UU Perkawinan yang melarang poligami dan meneruskan tindakan bejatnya mempermainkan perempuan tanpa status perkawinan sah.
Poligami yang baik dilakukan dengan cara kesepatakan suami istri, kompromi, atau persuasi. Setiawan Djodi berhasil mempersuasi istrinya untuk menerima kehadiran Sandy Harun. Ray Sahetapy gagal karena Dewi Yull memilih bercerai.
Sebagai perempuan muslim, kita boleh stay on atau quit dalam perkawinan poligami. Alasan quit jelas: enggan berbagi. Alasan stay on: mencintai suami dan tak ingin kehilangan atau tak berdaya secara ekonomi dan sosial.
Kesalahan perjuangan para aktivis perempuan adalah lebih menghormati PSK dan perempuan simpanan yang independen daripada mereka yang mau jadi istri kedua. Para istri pertama yang ikhlas, yang seharusnya mendapat apresiasi dari kita, malah didudukkan sebagai korban yang perlu dikasihani.
Banyak gerakan perempuan yang didukung pemerintah meneriakkan yel-yel antipoligami. Sitoresmi yang menjadi istri keempat Debby Nasution dipecat dari LSM-nya di Jogjakarta karena dianggap "tidak berdaya".
Pada intinya, UU Perkawinan yang membatasi perkawinan poligami hanya melindungi para istri pertama yang enggan berbagai hak dengan sesama perempuan (padahal diteriakkan persamaan hak dengan laki-laki). Lebih buruk lagi, UU itu melindungi laki-laki hidung belang yang tak mau bertanggung jawab. Itu sama tak bertanggung jawabnya dengan laki-laki yang berpoligami, padahal tidak mampu, tidak adil, dan tak mendapat restu istri pertama.
***
Oleh: Sirikit Syah
*) Penulis adalah ibu rumah tangga, aktif sebagai pengarang. Tulisan ini diambil dari Jawa Pos edisi Rabu, 13 Des 2006

Seribu Manfaat Air


RamuRacik – Tahukah Anda bahwa air menyimpan seribu khasiat? Mungkin Anda tak percaya. Tapi, tak ada salahnya, jika Anda tetap menggunakan air untuk kegiatan apa pun. Menyadari betapa air sangat menunjang kebugaran, kesehatan, dan kecantikan tubuh Anda, tak ada salahnya untuk tetap kita memelihara persahabatan dengan sobat lama kita ini. Selama kita masih dapat menikmati khasiatnya, mari manfaatkan sebaik-baiknya. Menurut para peneliti sebuah lembaga riset trombosis di London, Inggris, jika orang selalu mandi dengan air dingin, peredaran darahnya akan membaik sehingga tubuh terasa lebih bugar. Tak hanya itu manfaatnya. Jika Anda mandi dengan air dingin, akan meningkatkan produksi sel darah putih dalam tubuh dan kemampuan seseorang terhadap serangan virus.Bahkan, mandi dengan air dingin di waktu pagi dapat meningkatkan produksi hormon testosteron pada pria serta hormon estrogen pada wanita. Dengan demikian, kesuburan serta kegairahan seksual pun akan meningkat. Selain itu jaringan kulit membaik, kuku lebih sehat dan kuat, tak mudah retak.Air putih juga bersifat "menghanyutkan" kotoran-kotoran dalam tubuh yang keluar lewat urine. Jika Anda ingin menguruskan badan pun, minum air hangat sebelum makan (sehingga merasa agak kenyang), tentunya dapat mengurangi jumlah makanan yang masuk. Apalagi, air tidak mengandung kalori, gula, atau pun lemak. Namun, yang terbaik adalah minum air putih pada suhu sedang, tidak terlalu panas, dan tidak terlalu dingin.Air juga diyakini dapat ikut menyembuhkan penyakit jantung, rematik, kerusakan kulit, penyakit saluran napas, usus, penyakit kewanitaan, dan lain-lain. Kini bermacam pengobatan alternatif ditawarkan, dengan cara berendam di dalam air yang mengandung magnet, kadar garam tinggi, belerang, atau zat kimia lain yang bisa meningkatkan kesehatan. Cipratan air mancur pada tubuh pun akan terasa seperti pijatan, sehingga tubuh merasa lebih rileks. Para pakar pengobatan alternatif menyatakan, bersentuhan dengan air mancur, berjalan-jalan di sekitar air terjun, atau sungai dan taman dengan banyak pancuran, akan memperoleh khasiat ion-ion negatif. Ion-ion negatif yang timbul karena butiran-butiran air yang berbenturan itu, dapat meredakan rasa sakit, menetralkan racun, memerangi penyakit, dan membantu menyerap serta memanfaatkan oksigen. Khasiat air tak berhenti pada soal mandi atau berendam saja. Tidak kalah pentingnya khasiat air putih bila diminum. Selain makanan, air sangat diperlukan oleh tubuh kita. Seseorang yang kekurangan makan masih dapat bertahan sampai beberapa hari. Tapi, kekurangan air akan berakibat fatal. Karena, air merupakan bagian terbesar dari komposisi tubuh manusia.Dr. James M. Rippe, kardiolog dari AS menyarankan untuk minum paling sedikit 1 liter lebih banyak, dari yang dibutuhkan rasa haus kita. Pasalnya, kehilangan 4% cairan saja, mengakibatkan penurunan kinerja sebanyak 22%! Bisa dimengerti bila kehilangan 7%, kita akan mulai merasa lemah dan lesu.Semakin banyak kita melakukan aktivitas, air akan lebih banyak terkuras dari tubuh. Apalagi, orang yang tinggal di negara tropis yang banyak mengeluarkan energi. Sebab itu, para pakar kesehatan mengingatkan, jangan hanya minum bila terasa haus. Kebiasaan banyak minum, apakah sedang haus atau tidak, merupakan kebiasaan sehat! [NAR]

Kocaknya Bangsa Kita

SIAPA bilang bangsa kita tidak kocak. Dominasi program lawak di televisi menunjukkan, bangsa kita gemar membanyol. Ketika dunia berlomba mengejar inventor hi-tech yang naik pesat, tingkat partisipasi korupsi kita-menurut koran-sudah sampai kelurahan. Kata seorang profesor, "Wong bisa dan kesempatannya cuma itu!"
Tetangga sebelah bilang, ihwal perkara miring, kita memang nomor satu. Sekian puluh tahun kita rajin memelihara wabah demam berdarah, misalnya. Kocaknya, keluarga korban demam berdarah yang tak tertolong masih ada yang tidak gusar. Padahal, rakyat Belanda yang knalpot mobilnya rusak gara-gara pemerintah membiarkan jalan jeglok saja mencak- mencak menuntut ganti rugi.
Pernah juga mendengar kisah seorang sopir taksi asal Sumatera Utara yang bergurau kepada penumpangnya berceloteh, "Kayak di Bosnia saza," ketika melintasi jalan raya berlubang di Ibu Kota, yang pajak mobilnya tertinggi di Indonesia, tetapi aspalnya sudah bagai kubangan kerbau.
Mungkin di situ enaknya (maaf) menggembala rakyat Indonesia. Selain rasa humornya tinggi, mereka susah marah, pandai tersenyum, mudah trenyuh, dan gampang menangis. Jika ada satu-dua rakyat yang terbilang vokal, tentu bukan mewarisi genetika politik bangsa kita yang cenderung memilih suka nrimo.
Namun satu hal harus diakui, bangsa kita mudah curiga, bersyak-wasangka, dan lekas tersinggung. Kata seorang sosiolog, boleh jadi karena wujud kekocakan karakter biar miskin asal sombong. Kocaknya, benci kepada orangnya, tetapi mau menerima sumbangannya.
Pernah pula menyaksikan sekian banyak penumpang bus luar kota yang sudi duduk di lantai bus padahal membayar ongkos penuh. Atau mereka tak marah diturunkan seenaknya di tengah jalan sebelum tiba ke tujuan dan mereka masih tertawa. Kita mafhum, boleh jadi karena sejak bayi bangsa kita selain rajin diajak tersenyum, juga belajar pandai tertawa.
MELIHAT gejala seperti itu seorang psikolog bilang, mungkin itu sebabnya mengapa bangsa kita tergolong tahan banting. Dari muda mereka terbiasa hidup berdampingan secara damai dengan tekanan, krisis, konflik, dan frustrasi. Daya tahan stresnya menjadi kokoh. Oleh karena itu, boleh jadi dalam menghadapi tiap kematian sia-sia, atau mati konyol anggota keluarga sekalipun, mereka terlihat masih tegar tanpa gusar.
Sejelek-jelek layanan publik yang pernah dialami, masih ada pihak yang mereka sanjung. Penderitaan dan kesusahan jelas-jelas mereka alami karena human error, masih disangka God’s decision.
Tengok mereka yang bergelantungan di bus kota tiap hari, tanpa berpendingin merayap di jalan macet, dan macetnya akibat buatan manusia dan ulah penguasa. Atau, beratnya menempuh buruknya jalan desa, tetapi mereka tabah menerima. Padahal, setelah lebih dari setengah abad merdeka, sudah selayaknya semua kesusahan itu tak mereka alami. Namun kocaknya, bagi mereka, semua itu bukan masalah. Tampaknya, dalam urusan badan, mereka boleh lelah dan letih, juga boleh nyeri, asal hati tetap ayem mereka tak mudah menjadi berang.
Asalkan tidak sengaja menusuk hati, bangsa kita enak diajak bergaul. Turis asing senang datang ke negeri kita bisa jadi salah satunya karena dalam serba kekurangan bangsa kita masih bertegur sapa dan tulus tersenyum. Sutradara film mungkin melihatnya sebagai sebuah puisi. Masih ada senyuman tulus di balik kegetiran hidup. Bagi setiap filsuf, potret itu juga sebuah kekocakan hidup.
DI negeri orang lain, warga terantuk batu saja sudah berteriak keras. Kocaknya bangsa kita, meski sudah lama terinjak, mungkin diinjak, masih saja mesem yang tidak dibuat-buat ala Mr Bean. Mesemnya menggendong ketegaran hidup. Jika sampai marah, mereka menyampaikan dengan santun.
Bangsa lain mungkin sudah menjerit, bangsa kita menahan rasa perih pedih kehidupan tanpa mengaduh. Perhatian kecil dari penguasa membuat rakyat sumringah-nya luar biasa. Apalagi jika sampai bisa membuat mereka kecukupan makan tiap hari. Kocaknya pula, bangsa kita masih sering takut kepada polisi kendati tidak bersalah. Masih tetap menaruh hormat kepada pamong, kendati proyek jalan desa dikorupsi dan sawah dibiarkan puso.
Kita ingin menyitir gejala orang-orang di negara sosialis, yang saking beratnya hidup, tanpa boleh berontak dan mengaduh sehingga yang muncul ungkapan satir dan gereget humor sebagai katarsis. Dari situ ada tangkai-tangkai humanisme yang mungkin terpetik. Kalau di sana, misalnya, tumbuh fenomena sosial "Mati Ketawa Cara Rusia", rasanya bukannya dibuat-buat bila di sini ada pula spesies hidup berbangsa dengan kekocakan karakter "Mati Ketawa Cara Indonesia".

Handrawan Nadesul Dokter, Penulis Puisi (KCM 5 Maret 2005)

Orang Miskin Bertambah Banyak

Pada setiap momen kenaikan harga BBM, para ahliekonomi makro cenderung meramalkan angka yangindah-indah. Misalnya kenaikan harga BBM akan mengurangi jumlah kemiskinan, akan meningkatkanlowongan kerja, akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi,dan sebagainya.Namun mereka melupakan proses pemiskinan massal yangterjadi akibat naiknya biaya hidup hingga mencapai67%.Para ekonom (terutama kaum neoliberalis) hanyamemperkirakan harga barang akan naik antara 0,3-0,5%untuk setiap kenaikan BBM sebesar 10%. Jadi kenaikanBBM sekitar 125% akan menaikan harga barang 12,5%saja.Padahal realitanya kenaikan harga minyak tanah dari Rp900/liter jadi Rp 3.000/liter (di pasar) naik 233%.Pertamina angkat tangan soal ini.Telur dari Rp 7.500/kg jadi Rp 11.000/kg naik sebesar47%. Bis kota naik dari Rp 1.200 menjadi Rp 2.000,naik sebesar 67%.Harap diingat, transportasi dan makanan adalahkomponen terbesar dari biaya hidup. Sebagai contoh,jika satu keluarga dengan 2 anak sebelumnyamenghabiskan biaya transportasi Rp 12.000/hari danbiaya makanan Rp 15.000/hari, dalam satu bulan merekamenghabiskan Rp 264.000 untuk transport dan Rp 330.000untuk makan. Begitu terjadi kenaikan harga BBM,pengeluaran mereka bertambah menjadi Rp 428.000 untuktransport dan Rp 425.000 untuk makan. Naik Rp 259.000rupiah hanya dari 2 komponen saja. Belum dari Listrik,PAM, minyak tanah/gas, biaya sekolah, dsb.Oleh karena itu, angka inflasi 12% menurut saya amatdikecilkan karena angka kenaikan untuk 2 komponen sajasekitar 43%. Paling tidak angka inflasi yang real bisamencapai 35%.Sementara gaji orang-orang tersebut sulit bertambahkarena perusahaan juga sudah menanggung beban biayaoperasi yang bertambah. Sekali lagi ini adalah prosespemiskinan massal.Memang pemerintah akan mendapat pertambahan pendapatanpaling tidak sebesar 86% dari kenaikan harga BBMsebesar 125%. Pemerintah mendapat tambahan danasekitar Rp 126 trilyun dari selisih harga (Rp4.500-2.400/liter) di sisi lain rakyat harusmenanggung beban akibat kenaikan harga sebesar sekitarRp 180 trilyun/tahun dengan asumsi tiap 60 jutakeluarga menanggung tambahan biaya Rp 250 ribu/bulanakibat kenaikan harga BBM.Di satu sisi pemerintah naik penerimaanya (sebesar Rp126 trilyun) - ini yang dihitung para ahli ekonomimakro. Di sisi lain rakyat bertambah melarat karenaharus mengeluarkan tambahan dana Rp 180 trilyun - inikelihatannya tidak dihitung oleh para ekonomneoliberal tersebut.Para investor baru, khususnya perusahaan minyakseperti Shell, Chevron, Exxon, mungkin akan masukberinvestasi untuk membangun SPBU sendiri akibat hargaBBM naik di sini. Jumlah investasi mereka niscayadicatat oleh para ekonom tersebut. Ini adalah satu"pertumbuhan ekonomi."Namun angka investasi yang hilang akibat hengkangnyaperusahaan-perusahaan asing atau pun tutupnyapabrik-pabrik atau perusahaan-perusahaan karenakenaikan biaya niscaya akan luput dari perhatianmereka.Di berbagai media massa diberitakan Menaker FahmiIdris memprediksi akan terjadi PHK terhadap 1 jutakaryawan akibat kenaikan harga BBM (padahal sebelumnyadia memprediksi lowongan kerja bertambah). Berarti 1juta karyawan berikut 3 juta anggota keluarganyakehilangan nafkah sebesar Rp 8,4 trilyun.Oleh karena itu, angka kemajuan ekonomi sebesar 6%yang diutarakan ekonom seperti Chatib Basri ituseperti fatamorgana bagi rakyat kecil. Angka itu hanyamanis bagi pemerintah dan perusahaan-perusahaanminyak, tapi pahit bagi mayoritas rakyat Indonesia danperusahaan-perusahaan menengah bawah.Bangkrutnya ribuan perusahaan kecil, misalnya tekstilyang mempekerjakan ratusan ribu buruh meskitergantikan oleh puluan perusahaan besar denganpuluhan ribu buruh dengan omset yang lebih besar meskisecara angka hebat, namun tidak bagi peluang mencarinafkah bagi rakyat Indonesia.Besarnya angka Gross Domestic Product Indonesia takdiiringi dengan pemerataan pendapatan. 200 keluargaIndonesia menguasai 80% uang yang ada di Indonesia.Kita tahu bagaimana sebagian saham keluarga HMSampoerna dibeli sebesar Rp 60 trilyun oleh PhillipMorris.Tahun 2003 GNP per capita di Indonesia diperkirakanmencapai US$ 741/tahun(http://www.studentsoftheworld.info/country_information.php?Pays=IDN).Atau tiap orang dapat Rp 617.600/bulan atau 1 keluargadengan 2 anak dapat Rp 2,47 juta per bulan.Kenyataannya tidak demikian.Karena tidak ada pemerataan seperti di atas (200keluarga menguasai 80% ekonomi di Indonesia),mayoritas rakyat Indonesia hanya berpenghasilansekitar US$ 148/tahun atau Rp 494 ribu/bulan perkeluarga.Detail-detail ekonomi seperti ini seperti berapapersen orang menguasai berapa persen uang ataudistribusi ekonomi inilah yang perlu diperhatikan agarkesejahteraan rakyat secara keseluruhan bisameningkat.Ekonomi Makro tanpa detail seperti itu akan menjadipenderitaan bagi mayoritas rakyat Indonesia

Jakarta 2014 Lumpuh Total

JAKARTA tahun 2014 akan mengalami kelumpuhan total! Ramalan ini bukan untuk mencari sensasi atau gosip baru sekadar untuk membuat cemas masyarakat. Bahkan, Gubernur Sutiyoso sudah sering mengumandangkan ramalan ini. Berdasarkan hasil penelitian dan kajian dari Sistem Perencanaan Transportasi Makro di Jakarta, proyeksi kondisi kelumpuhan total tahun 2014 akan terjadi jika penggunaan kendaraan pribadi, khususnya roda empat, tidak berkurang.
Apakah prakiraan ini akan terjadi, atau sekadar hasil hitung-hitungan statistik para pakar transportasi yang semakin cemas melihat permasalahan lalu lintas di Jakarta yang setiap hari bukan semakin bertambah baik atau berkurang kemacetannya.
Kelumpuhan total ini tetap merupakan suatu ancaman terhadap perkembangan Jakarta di masa depan. Tahun 2014 tinggal sepuluh tahun lagi, jika pemerintah kota dan masyarakat gagal untuk menyusun suatu langkah strategi pemecahan masalahnya, maka prakiraan kelumpuhan ini akan benar-benar terjadi. Pada tahun 2004 jumlah kendaraan bermotor sudah mencapai 4,5 juta unit, dengan jumlah roda empat sebanyak 2,1 juta unit.
Dengan rata-rata peningkatan jumlah kendaraan sebelas persen setahun yang berbanding jauh dengan penambahan panjang jalan yang hanya satu persen, maka tanda-tanda menuju kelumpuhan sudah terlihat. Data dari penelitian Departemen Perhubungan pada tahun 2000 pada 34 titik pengamatan di Jakarta, menunjukkan 32 titik atau 94 persen ruas jalan arteri telah mendapat beban yang melebihi kapasitasnya. Jika kita mengamati kondisi perjalanan sehari-hari secara goyon lalu lintas di Jakarta saat ini sudah sering mengalami "pamer" alias padat merayap, atau yang lebih parah lagi adalah "pamer diranjang" alias padat merayap dalam antrean panjang.
Kelumpuhan ini selain disebabkan daya tarik Jakarta yang tidak habis-habisnya, juga disebabkan beberapa faktor pendorong yang cenderung menjadi penyebab kemungkinan peningkatan kepadatan lalu lintas di dalam kawasan perkotaan di masa depan. Salah satu sebab adalah terjadinya kecenderungan kelompok muda menengah atas yang melakukan perubahan dalam memilih tempat tinggal.
Saat ini akibat faktor kemacetan, banyak kalangan muda atas yang memilih apartemen di pusat kota sebagai pilihan tempat tinggal. Layanan angkutan publik yang tidak aman dan nyaman, serta kondisi pedestrian yang tidak tertata, akan menjadikan kendaraan pribadi sebagai pilihan mereka dalam melakukan aktivitasnya.
Sementara itu kelompok menengah bawah yang tidak mampu untuk tinggal di pusat kota karena mahalnya harga tanah di Jakarta, akan memaksa dirinya membeli kendaraan pribadi, baik roda empat atau roda dua sebagai alat mobilitasnya. Hal ini dilakukan akibat minimnya layanan angkutan umum yang layak ke kawasan permukiman di pinggiran Jakarta.
Semua serba dilematis, tanpa adanya pembatasan yang ketat, dan koordinasi dalam perencanaan dan pengembangan sistem transportasi, maka bersiaplah warga Jakarta dari sekarang untuk menghadapi tanda-tanda kelumpuhan tersebut.
WARGA Jakarta sebaiknya sudah mulai belajar dari Kota Bandung, sebagai kota terdekat yang sudah mulai lumpuh lalu lintasnya. Apa yang dihadapi warga Bandung saat ini bisa menjadi pelajaran yang berharga untuk menjadi bahan perenungan. Kota Bandung yang semakin padat dan terbatas jaringan jalannya, saat ini semakin bertambah parah akibat terjadinya perubahan kawasan permukiman menjadi kawasan perdagangan. Situasi Jakarta sudah tidak jauh berbeda, kondisi saat ini sudah mendekati situasi yang mengkhawatirkan.
Pertumbuhan wilayah permukiman baru yang pesat di sekitar Jakarta (Cibubur, Bekasi dan Tangerang) tanpa didukung pelayanan angkutan massal telah membawa dampak kemacetan yang parah di ruas jalan tol dan pintu-pintu keluarnya. Data Jasa Marga, mencatat 1,1 juta unit kendaraan pribadi masuk dari arah selatan ( Cimanggis, Cibubur), sementara 2,3 juta unit kendaraan menumpuk dari arah barat melalui Kebun Jeruk. Sementara itu dari arah timur melalui pintu Bekasi, sebanyak 1 juta unit kendaraan.
Waktu tempuh perjalanan semakin panjang, waktu untuk keluarga sudah hilang, polusi bertambah dan semakin melelahkan. Sementara keberadaan sekitar 23 flyover dan 8 under pass di berbagai titik rawan, tidak mampu memecahkan kemacetan.
Jika Jakarta benar-benar menjadi lumpuh pada tahun 2014 , maka kota ini telah gagal untuk secara sungguh-sungguh membangun sistem perencanaan transportasinya. Bandingkanlah dengan Bangkok yang bertekad pada tahun 2016 akan menawarkan dirinya untuk menjadi kota penyelenggara Olimpiade Dunia.
Walaupun ada kritik terhadap kondisi lalu lintasnya, para pengelola kotanya tetap optimistis kemacetan lalu lintas di Bangkok akan dapat diatasi. Apakah Jakarta mampu mengatasi masalah kemacetan lalu lintasnya, sebaiknya ini menjadi bahan renungan sebelum kelumpuhan itu benar-benar terjadi di hadapan kita.
Yayat Supriatna Planolog (KCM 18 Oktober 2004)