Tuesday, June 26, 2007

Anda Lapar Tapi Malas Keluar? Telp Amigos..eh..Uda...

Uda, demikian pria kecil namun cekatan itu biasa kami panggil. Malu rasanya mengakui kalau kami yang kerap makan di warungnya hanya bisa menyebut Uda jika ada yang bertanya siapa nama pria murah senyum berpenampilan sederhana itu.

Modal Uda berdagang hanyalah sebuah gerobak sederhana dengan etalase kaca kecil di atasnya tempat aneka masakan matang menggoda selera. Dua meja kecil di atas got di atasnya tertutup kain terpal warna biru bersih. Katanya sih terpal lama raib diambil petugas Tramtib Pemda ketika menjelang penilaian Adipura. Untungnya gerobak dan meja tidak pernah ditinggal sehinga tidak ikut hilang disita. Kalau anda lewat pas jam makan siang jangan harap bisa melihat tubuh mungil Uda, karena nyaris tertutup antrean pelanggan yang memesan makanan untuk dibungkus dan dibawa pulang. Jangan tanya yang sedang makan, mereka rela berhimpitan melahap makan siang masakan Uda (atau masakan istrinya???). Ya, warung nasi padang Uda setiap hari ramai karena selain rasanya enak, juga harganya terjangkau orang kebanyakan.

Amigos
Karena warungnya nongkrong di atas beberapa lembar papan dan bambu yang menutupi got di Jalan Bintaro Raya depan apotek Bendi, Tanahkusir, Jakarta Selatan, warung Uda juga dikenal dengan nama keren: Amigos.
Eit,... tunggu dulu. Nama ini tidak ada kaitannya dengan sapaan selamat tinggal di negara-negara Amerika Latin. Amigos murni singkatan dari Agak Minggir Got Sedikit. Maklum, gerobaknya, memang berada tepat di pinggir got. Sedangkan mejanya benar-benar di atas got. Kata Uda, kalau jualannya di trotoar langsung pejalan kaki jadi tidak kebagian dan dia bisa disalahkan Tramtib.

Kami juga tidak tahu apakah Uda sudah punya anak atau belum. Sebab bagi kami setiap jam makan siang yang terpenting adalah sepiring nasi hangat dengan lauk ditambah bumbu rendang atau gulai yang siap santap karena antrean calon pembeli memaksa kami untuk menepis keinginan berbasa-basi dengan Uda.

Pagi tadi tatkala hendak makan Uda sempat cerita kalau dia baru saja membeli seperangkat pesawat telepon. Sebetulnya pesawat telepon harga Rp450 ribu cukup mahal untuk ukuran Uda. Namun dia memaksakan diri membeli pesawat telepon tersebut karena keinginannya melayani pelanggan yang malas beranjak dari rumah atau kantor tapi tetap ingin menikmati rendang di warungnya.

"Sekarang bapak atau teman bapak tinggal telepon ke sini dan pesan apa saja, saya antar segera, harganya samakok," ujarnya tanpa ditanya.

Ya, Uda disadari atau tidak sejatinya tengah menjalankan praktik mendasar dalam dunia marketing, yakni bagaimana memuaskan pelanggan (customer satisfaction is the most important thing)...Makanya, tak berat hati ini ketika Uda minta tolong agar nomor telepon warung nasinya disebar ke teman-teman kantor.

"Biar mudah aja pak, kan kadang-kadang orang sibuk seperti bapak tidak ada waktu untuk jalan kaki ke sini, kalau tinggal telepon kan hemat waktu," ujarnya dengan mata berbinar menyiratkan optimisme khas pengusaha kecil yang tengah bersiap mejemput sukses.

Ah, Uda, tekad Uda menyisihkan tabungan untuk membeli pesawat telepon sungguh sebuah langkah sangat tepatsebagai modal untuk maju dan berkembang.

Semoga usaha Uda semakin maju, semoga Uda dijauhkan dari aksi sepihak dinas ketentraman dan ketertiban (Tamtib) Pemda yang suka menggaruk rombong atau kios dagangan yang dinilai mengganggu pemandangan. Bagaimanapun Uda selangkah lebih maju ketimbang kami, para orang gajian... posted by abah Epoy

***