Tuesday, April 14, 2009

Pemilu dan Tabulasi Lembaga Survey

Menyimak hasil sementara perhitungan perolehan suara partai politik peserta pemilihan umum (Pemilu) 2009 di pelbagai website saya jadi teringat divisi recruitment di sebuah perusahaan (demi alasan etika, tidak saya sebutkan nama perusahaannya).

Bagian recruitment perusahaan tsb saat merekrut calon karyawan dalam jumlah besar biasanya memasang iklan di koran dan di website perusahaan. Di tengah sulitnya lapangan kerja, bisa ditebak apa yang terjadi kemudian. Si petugas bagian SDM pasca pemasangan iklan di koran biasanya kerepotan menyortir berkas lamaran yang masuk.
Maklum saja, "jumlahnya bisa tiga karung surat lamaran sekali tarik pak," kata karyawan yang bertugas mengurus lamaran tsb dengan mimik wajah sama sekali tidak lucu.

Lalu, bagaimana cara dia menyortir?
"Biasanya sih kita acak 'aja. Yang lebih sering kami proses malah lamaran yang masuk lewat e-mail. Berkas lamaran yang masuk melalui kantor pos karena jumlahnya berkarung-karung yang terpaksa kita cuekin," ujar supervisor PT X tsb dengan nada suara tanpa penyesalan. Padahal belasan ribu rupiah dikorbankan para calon pelamar untuk mengirim lamaran via pos.

Meski menyebalkan, kelakuan si supervisor bagian HRD tsb sangat masuk akal. Kalau ada yang siap di mailbox, ngapain repot?
Kembali ke tabulasi pasca pemilu, prasangka sebagian pihak, termasuk tokoh Parpol yang gagal meraih suara banyak serta pengamat yang kecewa Parpol jagoannya terpuruk, soal kuatnya dugaan petugas penghitungan suara di KPU mulai keleleran harus memilah dan memilih serta menghitung kertas suara seukuran koran yang jumlahnya puluhan juta bisa jadi benar adanya.

Didera kepenatan akibat kerja lembur setiap hari, di internet petugas KPU bisa memanfaatkan data hasil perolehan suara yang dipublikasikan pelbagai lembaga survey. Wajar jika kemudian sebagian kalangan menuduh KPU hanya menyontek tabulasi lembaga survey.

Tuduhan yang absurd namun sangat memungkinkan terjadi di sini. "Ngapain repot, toh ada yang siap tayang?" Soal akurasi, siapa pula yang peduli, toh Parpol mana pun yang meraih suara terbanyak tidak akan ada perubahan signifikan?

Alhasil, bisa saja tabulasi pasca pemilu hanya menjustifikasi hasil penghitungan suara lembaga survey swasta. Padahal, selain tidak jelas siapa yang membayar mereka, untuk kepentingan siapa mereka bekerja, hasil yang disajikan lembaga survey tersebut pun hanya berupa sample, bukan jumlah suara ril hasil Pemilu 2009.
Nah lho?
***

3 comments:

Anonymous said...

kayaknya untuk pks kita bisa pegang suara realnya. Tiap TPS insya Allah ada saksinya. dan kita pegang form C1. jadi kalo mau ada yg curang atau kpunya males harus berhadapan dulu dengan pks.

Anonymous said...

habis baca detik a couple days ago, SBY juga menyatakan hal yg sama buat PD. pokoke, saksi udah ditancepin di tiap TPS. jadi KPU musti waspada......Waspadalah! Waspadalah!

Lebah Madu said...

habis baca detik a couple days ago, SBY juga menyatakan hal yg sama buat PD. pokoke, saksi udah ditancepin di tiap TPS. jadi KPU musti waspada......Waspadalah! Waspadalah!